Senin, 09 Januari 2012

Merokok Menganggu Kenyamanan Hidup

MEROKOK saat ini sudah menjadi hal yang lumrah, dari anak kecil sampai orang dewasa sudah mengalami kecanduan rokok. Bahkan kita bisa melihat secara langsung seseorang yang masih memakai baju seragam sekolah berani mengepulkan asap rokoknya di depan umum.
Menurut Dokter Spesialis Paru dr Ikalius Sp P, perokok tentunya menyadari akan bahayanya merokok. “Hanya saja, karena adanya kandungan nikotin di dalam rokok yang membuat mereka candu, sehingga abai terhadap bahaya yang bakal dihadapi,” ujarnya ditemui di klinik Jambi Medical Center (JMC), Jl Urip Sumoharjo, Simpang Pulai Jambi.
Selain itu, bila merokok akan dikatakan macho atau jantan juga masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat.
Perlu diketahui, kata dokter Ikalius yang membuka klinik para perokok dan stop merokok tersebut, bahwa nikotin bukanlah satu-satunya kandungan rokok yang berbahaya di dalam rokok. Tapi, nikotin adalah komponen adiktif tembakau. Hal ini diserap ke dalam darah dan mempengaruhi otak dalam waktu 10 detik. Kemudian membuat perokok merasa relak karena neurotransmitter. Ini juga menyebabkan gelombang denyut jantung, tekanan darah, dan adrenalin (yang juga merasa baik). Akibatnya, sifat ketergantungan nikotin pada otak dan tubuh untuk sementara hilang. Perokok merasa lebih buruk jika mereka tidak merokok. “Inilah yang kemudian memperkuat keinginan untuk merokok lagi dan merasa ada yang kurang bahkan stres jika berhenti merokok,” bebernya.
Secara keseluruhan rokok adalah campuran senyawa kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Terlepas dari stimulan nikotin biasa, asap rokok juga mengandung tar yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia termasuk sekitar 60 bahan kimia karsinogenik yang berbahaya. Hampir semua jenis zat tersebut mematikan. Zat-zat inilah yang kemudian menyebabkan berbagai penyakit berbahaya dan mematikan. “Selain ancaman penyakit yang bakal datang, kenyamanan hidup para perokok ini juga akan berkurang,” ujarnya, lagi.
Dikaitkan dengan berhenti merokok, di kliniknya, dr Ikalius akan memberikan terapi untuk mengisi atau menggantikan pengaruh dari nikotin. Namun tentu saja, pasien yang bisa ditangani selain punya niat atau keinginan yang kuat untuk berhenti merokok juga belum punya indikasi penyakit kronis dari akibatnya merokok.
Terapi katanya akan dilakukan lebih kurang dua bulan, juga dibarengi dengan pemberian dosis sejumlah obat-obatan. “Tentu saja terapi ini aman dan selama terapi pasien dilarang untuk menyentuh rokok atau keinginan itu tetap ada dan akan hilang secara bertahap. Setelah dilakukan terapi tingkat keberhasilnya berhenti merokok mencapai 90-95 persen,” jelasnya.   
Lebih lanjut, kata dr Ikalius, akibat negatif rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada saat seseorang mulai menghisap rokok pertama kali. Dalam asap rokok yang membara karena diisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga menghasilkan CO (karbon mono oksida), yang disamping asapnya sendiri, tar dan nikotine  (yang terjadi juga dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk ke dalam jalan napas.
Misal, CO, tar, dan nikotin berpengaruh terhadap saraf yang menyebabkan perasaan gelisah, tangan gemetar (tremor), cita rasa/selera makan berkurang. Sedangkan pada ibu hamil yang suka merokok dapat kemungkinan keguguran kandungannya.
Selain itu, tar dan asap rokok juga merangsang jalan napas kemudian tertimbun dan menyebabkan batuk-batuk atau sesak napas. Pada tingkat yang lebih parah, tar yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan kanker jalan napas, lidah atau bibir.
Kandungan nikotin dalam rokok juga dapat merangsang bangkitnya adrenalin hormon dari anak ginjal yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah, sehingga terjadinya serangan jantung dan stroke.
Secara kasat mata, pengaruh dampak negatif rokok akan berbeda pada setiap orang. Hanya saja, lambat laun itu akan nampak seiring bertambahnya usia. “Bisa jadi berdampak lama, misalnya 20-30 tahun setelah merokok atau berdampak setelah berusia 40 tahun ke atas,” jelasnya.
Tidak bisa dipungkiri, meski rokok mengandung bahaya yang tinggi. “Ditambah kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India,” paparnya. Karena itulah, tambah dr Ikalius, pihaknya berinisiatif untuk membuka klinik stop merokok.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar